Apa yang terlintas dipikiranmu ketika mendengar kata "depresi"? Pada awalnya, aku mengira depresi itu sama dengan frustasi dan stress. Namun setelah ku pelajari, ketiga hal tersebut ternyata tidak sama.
Frustasi muncul akibat kegagalan diri dalam mencapai sesuatu. Realita yang tidak sesuai dengan ekspektasi akan menimbulkan kecewa, kesal, dan berujung marah-marah. Sedangkan stress bisa disebebkan oleh lingkungan atau orang-orang yang ada disekitar kita. Frustasi juga bisa menjadi sumber stress. Gejala stress bisa menyebabkan perubahan fisik, maupun perilaku. Lain halnya dengan depresi yang merupakan perasaan sedih yang muncul secara berlebihan. Depresi lebih parah daripada stress, bahkan tingkat terparahnya hingga mendekati gangguan kejiwaan. Namun, depresi masih bisa disembuhkan dengan bantuan terapi psikologis, spiritual, maupun dukungan dari orang-orang terdekat.
Kita kerap tidak menyadari bahwa suasana hati yang buruk, sedih, atau putus asa bisa jadi pemicu depresi. Memang perubahan emosi sangat normal terjadi pada manusia, namun jika sudah berlebihan dan berkepanjangan, hal-hal tersebut bisa dikategorikan sebagai depresi.
Seorang teman bersedia membagi sepenggal kisahnya denganku mengenai depresi yang pernah ia alami. Pada saat itu, temanku merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Awalnya, ia tidak sampai berpikir bahwa dirinya mengalami depresi. Namun, semakin lama, ia semakin terganggu dengan kondisi psikologisnya. Melalui informasi yang didapat dari google, ia menarik kesimpulan bahwa gejala-gejala depresi semuanya ada pada dirinya.
Ini yang dirasakan temanku saat itu.
Depresi yang dirasakan temanku itu sempat cukup lama dipendam sendiri. Hingga suatu hari, ia memberanikan diri untuk berbicara kepada teman dekatnya mengenai apa yang ia rasakan. Melalui temannya itu, ia dikenalkan dengan seorang psikolog.
Saran yang diberikan oleh psikolog
Terbukti, semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, akan semakin tenang pula perasaan kita. Ok, ini bukan berarti orang-orang depresi itu orang-orang yang "kurang iman" yaaa. Bukaaaaan! Jangan tarik kesimpulan disitu! Temanku pun mengatakan bahwa saat sedang depresi, ia merasa kesulitan untuk mengendalikan diri agar tidak berprasangka buruk terhadap apapun, bahkan ia kehilangan "feel" untuk beribadah.
"Seperti sudah tidak ingin hidup, tapi belum mau mati karena sadar masih banyak dosa." katanya.
Begitulah perkara rasa, yang kondisi mentalnya sehat saja masih perlu latihan agar bisa mengendalikannya dengan baik, kan?
"Seperti sudah tidak ingin hidup, tapi belum mau mati karena sadar masih banyak dosa." katanya.
Begitulah perkara rasa, yang kondisi mentalnya sehat saja masih perlu latihan agar bisa mengendalikannya dengan baik, kan?
Saat depresinya kambuh, ia kerap berkeinginan untuk menyakiti diri sendiri. Ia tidak makan dan tidur. Hanya mengurung diri dibalik selimut sambil menangis seharian.
Setelah konsultasi dan mengikuti arahan sang psikolog, temanku merasa masih ada sisa-sisa emosi yang tertinggal pasca depresi. Namun, kondisinya berangsur membaik hingga saat ini.
Begitulah cerita singkat mengenai depresi yang dialami oleh temanku.
Begitulah cerita singkat mengenai depresi yang dialami oleh temanku.
Teruntuk teman-teman yang merasa memiliki takanan dalam hidupnya. Jangan dipendam! Temukan cara untuk melegakan dan menenangkan diri. Bisa dengan cara apapun yang paling cocok dengan diri masing-masing. Akupun manusia biasa yang tak jarang merasa lelah. Berbicara dengan diri sendiri menjadi pilihan agar aku lebih memahami dan mengenal diriku. Sesekali aku melampiaskannya dengan menangis sesaat, lalu merasa lega setelahnya. Namun, yang paling terasa menenangkan dan sangat membuat hatiku merasa jauh lebih baik ketika sedang lelah-lelahnya adalah menghidupkan sepertiga malam. Rasanya semua lelah dan perasaan-perasaan yang mengganggu saat itu hilang seketika.
Itu pesan tambahan dari temanku. Pada akhirnya, kita harus memiliki kelapangan hati untuk menerima apapun yang terjadi. Kita harus yakin bahwa skenario-Nya adalah jalan terbaik untuk kita, serumit dan seterjal apapun jalannya, sebab Dia lebih mengetahui kapasitas kita jauh melebihi diri kita sendiri.
Dear, temanku yang telah bersedia membagi cuplikan kisahnya denganku. Percaya gak, kalau kamu itu salah satu orang yang menginspirasi aku? Setelah mengetahui bahwa dibalik kegemilanganmu ada cerita serumit ini, aku makin salut karena ternyata kamu jauh lebih kuat dari apa yang aku lihat. Untuk kesekian kalinya Allah memberiku ilmu melalui kamu.
Dear, teman-temanku yang membaca tulisan ini. Kalian berharga! Beri ruang istirahat untuk diri sendiri. Cari teman berbagi, dan yang paling utama, jangan lepaskan keterikatanmu dengan Sang Pencipta.
Semangat, yaa!
Semangat, yaa!