Belakangan ini, ada lagu yang sedang trend dan dijadikan konten oleh perempuan-perempuan mandiri yang menggambarkan betapa independent-nya mereka. Kalau kalian yang baca ini merupakan salah satu teman dari circle dekatku pasti jelas mengetahui betapa aku mengagumi banyak perempuan hebat, yang gak cuma mandiri tapi juga impactful bagi kehidupan banyak orang. Aku sangat mengapresiasi perempuan-perempuan yang bekerja dan berkarya. Kalau ada yang tanya "Jadi, gak mengapresiasi perempuan yang gak bekerja?", aku akan tanya balik "Adakah perempuan yang benar-benar gak bekerja?". Bahkan perempuan yang punya suami kaya raya, asisten banyak, dan kehidupannya terlihat sempurna sekalipun isi pikirannya seringkali bekerja lebih keras daripada yang hidup seadanya.
Sekarang, coba kita lihat dari berbagai sudut pandang!
MIss Independent
Perempuan yang belum menikah, mandiri, punya banyak pencapaian dan mengandalkan diri sendri dalam berbagai hal. Bahkan sebagian dari mereka juga merupakan tulang punggung keluarga. Mereka juga punya kebebasan untuk melakukan dan merencanakan banyak hal dalam hidupnya. Keren? Jelas! Tapi apa yang sering mereka dengar?
"Jadi perempuan jangan terlalu mandiri, nanti laki-laki pada minder!" - ke mereka yang sibuk kerja, padahal tujuan utama mereka kerja keras bukan untuk menyaingi laki-laki.
"Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti ujung-ujungnya juga di dapur!" - ke mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, padahal tujuan mereka kuliah tinggi gak sesempit perkara karir bagus.
"Jangan pilih-pilih, umur udah 30 belum nikah nanti kasihan anaknya mash kecil tapi kamu udah tua!" - ke mereka yang belum juga nikah, padahal beli bawang di pasar aja milih yang bagus, masa iya buat jadi suami gak boleh milih? Percayalah, semua orang bisa menilai dirinya sendiri dan menentukan standar yang sesuai untuk urusan ini.
Belum selesai...
Housewiife
Perempuan yang sudah menikah, yang setelah punya anak biasanya memutuskan untuk fokus mngurus suami dan anak di rumah. Bagiku, housewife adalah the next level of strong women. Ketika miss independent bisa bertumpu pada dirinya sendiri, para housewife ini justru jadi tempat bergantungnya anak dan suami dalam berbagai hal. Hebat? Iya, dong! Tapi apa yang sering mereka dengar?
"Sehari-harinya ngurus anak DOANG?" - padahal yang ngomong gitu belum tentu sanggup melakukan hal yang sama. Ini serius! Aku tiap kali ada kesempatan main ke rumah salah satu temanku yang sudah punya anak, selalu kewalahan karena main sama anaknya, tapi energi anak itu gak habis-habis hahaha.
"Mending kerja lagi, buat jaga-jaga kalau suami kenapa-kenapa!" - ini sih harus di"amit-amit"in kayaknya. Boleh banget sih belajar dari pengalaman orang, tapi gak semua suami bakal kenapa-kenapa kan? Lagipula kita gak pernah tau ada apa dibalik kehidupan mereka. Bisa jadi ada fisik yang gak memungkinkan untuk tetap kerja atau memang sudah sepakat dengan suaminya kalau sang istri akan fokus dengan anak dan urusan di rumah.
Satu lagi...
Working mom
Perempuan yang tetap bekerja setelah menikah dan punya anak. Gak usah ditanya deh yaa ini secapek apa kesehariannya! Mereka melakukan banyak peran dalam waktu bersamaan, tapi apa yang sering mereka dengar?
"Kasihan anaknya nanti gak terurus." - padahal sebelum memutuskan untuk tetap bekerja, mereka sudah diskusi matang-matang dengan suami soal konsep mengurus anaknya, yang bisa jadi justru lebih bagus daripada yang berkomentar. Ini aku juga lihat sendiri beberapa temanku tetap bekerja setelah punya anak, tapi konsep parenting mereka bagus banget.
Semua keluhan dari ketiga peran ini benar-benar aku dengar dari kanan-kiri. Serba salah gak sih kalau begini jadinya? Mirisnya, pertanyaan dan pernyataan menyedihkan itu justru datangnya dari sesama perempuan. "Yaaa, lagian baperan. HIdup mah gak usah dengerin kata orang!". Iya, aku setuju soal itu. Tapi, gak semua orang bisa sesantai itu, terlebih kalau gak sekali-dua kali aja mereka dibombardir kalimat-kalimat seperti itu. Ini soal etika dan privasi. Kalau gak diperbaiki dari diri sendiri, apakah akan selamanya kalimat-kalimat seperti itu ditoleransi?
Yuk, bisa yuuk! Sebagai sesama perempuan kita saling support, alih-alih bertarung secara tidak lagsung mengenai peran mana yang paling hebat. Percayalah, semua perempuan itu istimewa dengan peran dalam kehidupannya masing-masing. Entah itu miss independent, housewife, atau working mom, semua punya peluang yang sama dalam meningkatkan kualitas diri, memberi manfaat untuk sekitar dan memperbaiki generasi ke depannya.